Friday, March 15, 2013

Siti Hajar, Istri Nabi Ibrahim AS



GAYA BUSANA MUSLIM - Pada saat Nabi Ibrahim membawa Hajar dan puteranya menuju mekkah, Hajar dalam keadaan menyusui Ismail. Hingga Ibrahim menempatkan keduanya di sebuah rumah, dibawah pohon besar di dekat dimana mata air zam-zam nantinya muncul. Pada saat itu, di Mekkah tidak ada seorangpun, dan tidak pula ada air. 

Ibrahim meletakkan keduanya di sana dan di sisi mereka geribah yang di dalamnya terdapat kurma dan bejana yang di dalamnya terdapat air.

Setelah itu, Ibrahim berangkat dan di ikuti oleh Hajar seraya berkata,
“Hai Ibrahim, ke mana engkau hendak pergi ?, apakah engkau meninggalkan kami sedang di lembah ini tidak terdapat seorang manusia pun dan tidak pula makanan apapun ?”.
Yang demikian di ucapkan berkali-kali, namun Ibrahim tidak menoleh sama sekali, hingga akhirnya Hajar berkata,
“Apakah Allah menyuruhmu melakukan ini?”.
“Ya”, jawab Ibrahim.
“Kalau begitu, kami tidak di sia-siakan”.

Setelah kepergian Nabi Ibrahim, Hajar tetap menyusui Ismail dan minum dari air yang tersedia sehingga ketika air yang ada dalam bejana itu sudah habis, maka ia dan juga puteranya merasa haus. Lalu Hajar melihat puteranya sedang dalam keadaan lemas. 

Kemudian ia pergi dan tidak tega melihat keadaan puteranya tersebut. 
Maka ia mendapatkan Shafa, merupakan bukit yang paling dekat dengannya. 
Lalu ia berdiri di atas bukti itu dan menghadap lembah sambil melihat-lihat, adakah orang di sana, tetapi ia tidak mendapatkan seorangpun. 

Setelah itu, ia turun kembali dari Shafa sehingga sampai ke tengah-tengah lembah. 
Hajar mengangkat bagian bawah bajunya dan kemudian berusaha keras sehingga ia berhasil melewati lembah. Lalu ia mendatangi Marwah dan berdiri di sana seraya melihat-lihat adakah orang di sana, namun ia tidak mendapat seorang pun di sana. Ia lakukan hal itu sampai tujuh kali.

Setelah mendekati Marwah, ia mendengar suara yang menyerukan “Diam”
Lalu Hajar mencari suara tersebut, hingga akhirnya ia berkata;
“Aku telah mendengarmu, apakah engkau dapat memberikan bantuan ?”

Ternyata sumber suara tersebut berasal dari malaikat. Lalu malaikat itu mengais-ngais tanah hingga akhirnya muncul air. Selanjutnya, Siti Hajar pun mendatangi air tersebut dan mengisi bejananya dengan air dan kemudian menemui anaknya. Lalu malaikat berkata kepadanya,
“Janganlah engkau takut di sia-siakan, karena di sini akan dibangun sebuah rumah oleh anak ini bersama dengan bapaknya, dan sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan keluarga-Nya”
Singkatnya, dengan adanya mata air zam-zam tersebut, dalam waktu yang singkat, tempat tersebut menjadi satu perkampungan yang kemudian terus membesar, sampai Mekkah saat ini, Mekkah yang didatangi oleh jutaan manusia dari berbagai penjuru dunia.


Dalam kejadian ini Rasulullah bersabda ;
“Semoga Allah memberikan rahmat kepada ibunya Ismail, seandainya ia tidak menceduk air zam-zam, niscaya air zam-zam itu hanya menjadi sumber air yang terbatas”.

Keimanan dan ketakwaan Siti Hajar dalam kisah ini diabadikan oleh Allah menjadi salah satu rukun yang wajib dilakukan dalam ibadah haji, ia adalah sa’i.

Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam rukun sa’i dalam ibadah haji;  salah satunya adalah, dalam menikmati sebuah proses dalam kehidupan diperlukan kesabaran yang bukan berarti diam. Dengan berlarinya Hajar di antara shafa dan marwa, adalah bentuk ketakwaan yang ditunjukkan melalui satu upaya (ikhtiar) sebatas yang bisa dilakukan oleh dirinya pada sat itu.

Boleh jadi, jika kita yang dihadapkan dalam keadaan seperti itu, dalam pikiran kita, tentunya, akan sia-sia saja ia berlari kian kemari, karena pada saat itu, ia di tinggalkan di satu tempat di mana tidak ada seorangpun di sana. 

Artinya, kemungkinan untuk mendapatkan pertolongan, sangatlah kecil sekali apalagi untuk bertahan hidup.  Walaupun demikian, Hajar, tetap berlari kian kemari untuk mencari pertolongan.  Kejadian ini juga memberikan kesimpulan kepada kita, bahwa, Hajar sendiri tidak pernah tahu kapan dan dimana pertolongan itu akan datang. 

Seandainya ia tahu, pastilah ia tidak akan berlari-lari, mungkin ia akan diam saja menunggu pertolongan itu. Tetapi dalam kisah ini, ia tidak tahu kapan pertolongan itu akan datang, tetapi ia meyakini betul jika ia terus berusaha maka Allah tidak akan menyia-nyiakan hasil usaha dirinya.

Hal ini semakna dengan ayat ; 
“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya…”

Bentuk ketakwaan yang bisa dilakukan oleh Siti Hajar, adalah dengan berlari-lari, tidak dengan berdo’a saja tanpa usaha lalu diam atau menangis saja meratapi nasibnya. Dan ketika ketakwaan sudah dilakukan, maka datanglah pertolongan Allah, dengan mengutus malaikatnya sebagaimana di kisahkan dalam hadits di atas.


Jalan keluar, dan rezeki yang tidak disangka-sangka adalah dua hal yang berbeda. Ada orang yang bisa mendapatkan jalan keluar dari satu masalah, tetapi tidak disertai dengan rezeki, atau ada juga orang yang diberi rezeki tetapi tidak diberi juga jalan keluar dari masalah yang di hadapi. Tetapi dalam ayat ini, keduanya didapatkan sekaligus, jalan keluar dari permasalahan, dan rezeki yang tidak disangka-sangka.

Demikianlah pertolongan Allah, pertolongan Allah bagi orang-orang yang bertakwa, dan manusia pilihan yang dijadikannya sebagai contoh bagi seluruh ummat manusia Allah pilih dari kaum wanita…


Wallahu’alam.

Sumber :  http://new.drisalah.com/

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih - Anda telah mengunjungi - GAYA BUSANA MUSLIM -